Sedikitnya ratusan warga yang menamakan diri dari badan Musyawarah
(Bamus), Perkampungan Singgasana I Medan Sunggal, Sibolga, Siantar,
Abdul hamid Jalan Binjai, Asrama Widuri Marendal, yang bernaung dibawah
Forum Koordinasi Penghuni Perumahan Negara (FKPPN), para Purnawirawan,
Warakawuri, menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang digelar di Aula
kantor DPRD Sumut, Rabu (16/9/15) pagi.
Selain itu turut hadir, Bapak Mayjend Purn Haposan silalahi, selaku
ketua Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat (PPAD), Bapak Mayjend Pur
Rumaji, selaku bidang hukum FKPPN pusat, Edi Ibrahim Nst, selaku ketua
FKPPN Sumut, dan Arjoni munir, ketua Himpunan Putra-i Keluarga Besar
Angkatan Darat (HIPIKAD), yang diterima langsung oleh komisi A DPRD
Sumut. Sementara itu dalam pertemuan RDP tersebut tidak ada satupun
pihak dari Kodam I BB yang menghadirinya.
Dalam pertemuan RDP tersebut, pihak Komisi A DPRD Sumut, sangat
menyesalkan tindakan-tindakan yang dilakukan pihak Kodam I BB selama
ini, yakni dengan cara mengusir paksa warga yang notabenenya sudah
puluhan tahun menempati rumah tersebut, tanpa memikirkan solusi yang
manusiawi.
“Kami sangat menyesalkan cara-cara paksa yang dilakukan pihak Kodam I
BB. Terkesan cara-cara seperti itu merupakan tindakan yang tidak
manusiawi. Seharusnya pihak Kodam, sebelum melakukan intruksi
pengosongan rumah warga, harus mencarikan solusi terlebih dahulu. Paling
tidak memberikan ganti rugi yang layak, ataupun menempatkan warga
ditempat yang layak”, ucap wakil Ketua Komisi A DPRD Sumut, FL Fernando
Simanjuntak.
Lebih lanjut dikatakannya, untuk selanjutnya, sejak RDP ini resmi
dibuka, kita meminta pihak Kodam I BB untuk menghentikan intruksi
pengosongan-pengosongan rumah, karena memang sebelumnya sudah ada
MORATORIUM, antara Pemerintah Pusat, yakni, DPR RI, Menhamkam, Panglima
TNI, pada 14 Januari 2010 lalu, yang sudah disepakati bersama, yakni
penghentian tindakan pengosongan-pengosongan rumah dinas TNI, sebelum
ada musyawarah yang menghasilkan mufakat, dalam upaya mencari solusi
terbaik. Dimana dalam hal ini warga yang tinggal menempati rumah-rumah
tersebut masih dikatakan keluarga besar TNI.
Jadi walaupun ada warga yang sudah menerima surat pengosongan rumah
dari pihak Kodam I BB, pihak Kodam harus menghentikan dulu hal itu.
Karena dalam hal ini, pihak kodam tidak bisa melakukan hal-hal sepihak,
ketika dewan selaku wakil Rakyat sudah didatangi Rakyat, ini adalah
keputusan, sama artinya keputusan Rakyat, tegas Fernando.
Sementara itu, ketua FKPPN Sumut, Edy Ibrahim Nst menyebutkan,
setelah pertemuan ini, kami meminta kepada pihak Dewan, dapat
menyelesaikan masalah ini dengan segera. Mencarikan solusi terbaik,
sehingga keresahan warga tidak berlarut-larut, karena memang mayoritas
warga sudah 40 tahun lebih menempati rumahnya, membayar rekening listrik
sendiri, rekening air, bahkan pajak bumi dan bangunan. Tidak ada
sedikitpun subsidi ataupun bantuan dari pihak Kodam I BB selama ini kami
terima. Jadi ditinjau dari hal itu, warga yang menempati rumah-rumah
tersebut, bukan manusia liar, seperti pengungsi Rohingya, yang tak jelas
arahnya. Kami adalah anak-anak pejuang kemerdekaan negara ini, yang
taat akan peraturan yang sudah ditetapkan, dan juga termasuk dalam
keluarga besar TNI. Jadi sudah selayaknya ini semua menjadi pertimbangan
bagi Pemerintah, ucapnya.
Lain halnya, ketua Bamus Singgasana I, Tupal Simanjuntak menyebutkan,
sebagian kecil kronologi tindakan-tindakan arogan dan mengada-mengada
yang dilakukan pihak Kodam terhadap warga, yakni Pada tgl 6 juni 2015,
telah terjadi pengosongan paksa rumah yg dihuni saudari Herawaty, dan
pada tgl 9 september 2015, tindakan pengosongan rumah yg dihuni Saudari
kami Eli Gani, dari sejumlah petugas TNI yang datang, melakukan
penggusuran dengan mengatakan warga yang digusur ini terlibat jaringan
Narkoba, tanpa mempunyai bukti dasar yang kuat, jelasnya.
Yang lebih anehnya lagi, lanjut Tupal, saat ini ada tanah, yang
notabenenya milik negara, disewakan oleh pihak Satsikmil kodam I BB,
untuk dijadikan tambak ikan lele, bercocok tanam sayur, dan dibangun
kios-kios untuk disewakan, selain itu yang semula adalah lapangan,
dijadikan kebun kelapa sawit, dan setiap panen terlihat diambil oleh
pembeli kelapa sawit dengan menggunakan truck, pungkasnya.